Add me on Google+
Add me on Facebook

Korosi Seragam, Korosi Galvanis dan Korosi Erosi

Posted by Labels: at
Artikel ini berisi tentang pengertian,faktor-faktor yang mempengaruhi, penyebab, mekanisme dan cara pengendalian. Dari korosi seragam, korosi galvanis dan korosi erosi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI Korosi Seragam, Korosi Galvanis dan Korosi Erosi PENDAHULUAN
I.1 Korosi Secara Umum
 
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida dan karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) ↔ Fe2+(aq) + 2e Eº = +0.44 V
            Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 2H2O(l) + 4e ↔ 4OH-(aq) Eº = +0.40 V atau O2(g) + 4H+(aq) + 4e ↔ 2H2O(l) Eº = +1.23 V
I           Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3. xH2O, yaitu karat besi.
Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
I.2 Jenis - Jenis Korosi
1.      Korosi Seragam / Serangan seragam (Uniform Attack)
2.      Korosi galvanik (Galvanic Corossion)
3.      Korosi celah (Crevice Corossion)
4.      Korosi sumuran (Pitting)
5.      Korosi batas Butir (Intergranular Corossion)
6.      Korosi tegangan (Stress Corossion Cracking)
7.      Korosi bakteri
I.3 Faktor-Faktor Umum Yang Mempengaruhi Laju Korosi
Korosi pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2
Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
2. Keberadaan Zat Pengotor
 Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.
pengotor yang mempercepat korosi pada permukaan logam.
3. Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat. Bangkai kapal di dasar laut yang telah terkorosi oleh kandungan garam yang tinggi.
4. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor). Knalpot kendaraan bermotor yang mudah terkorosi akibat temperatur tinggi.
5. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:          
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
6. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans. Koloni bakteri Thiobacillus ferrooxidans pada permukaan logam besi yang terkorosi. Koloni bakteri Thiobacillus thiooxidans yang dapat menyebabkan korosi pada logam.
BAB II
KOROSI SERAGAM
II.1 Pengertian
Korosi seragam adalah korosi yang terjadi pada permukaan material akibat bereaksi dengan oksigen Biasanya korosi seragam ini terjadi pada material yang memiliki ukuran butir yang halus dan homogenitas yang tinggi.
Korosi seragam adalah jenis korosi dimana pada korosi tipe ini laju korosi yang terjadi pada seluruh permukaan logam atau paduan yang terpapar atau terbuka ke lingkungan berlangsung dengan laju  yang hampir sama. Hampir seluruh permukaan logam menampakkan terjadinya proses korosi.
Korosi ini  terjadi pada seluruh permukaan logam yang kontak dengan air dengan intensitas yang sama. Akibat korosi ini biasanya logam akan mengalami kehilangan berat paling besar dibandingkan dengan korosi lain.Korosi ini biasa terjadi pada baja karbon yang berada dalam lingkungan atmosfer maupun korosif, sedangkan pada tembaga terjadi laju korosi yang rendah karena adanya lapisan film pelindung pada permukaannya sehingga tembaga memiliki ketahanan korosi yang tinggi
Jenis korosi ini adalah yang paling umum dimana korosi terjadi secara menyeluruh pada permukaan logam yang terekspos pada lingkungan korosif. Korosi ini sering pula disebut sebagai penipisan (thinning) atau general corrosion. Contoh paling umum adalah korosi pada logam yang terekspos di udara. Contoh lain adalah serangan oleh asam seperti HCl,H2SO4,HF,senyawa sulfu, dan sebagainya.
II.2 Penyebab
Korosi seragam mengacu pada pengurangan ketebalan di atas permukaan bahan yang terkorosi yang relatif seragam It is relatively easy to measure, predict and design against this type of corrosion damage. Relatif mudah untuk mengukur, memprediksi dan mendesain kerusakan pada korosi tipe ini. While uniform corrosion may represent only a small fraction of industrial corrosion failures, the total tonnage wasted is generally regarded as the highest of aUniform corrosion is usually controlled by selecting suitable materials, protective coatings, cathodic protection and corrosion inhibitors. Korosi seragam terjadi karena poses anodik dan katodik yang berlangsung pada permukaan logam terdistribusi secara merata. Ini terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan sehingga kontak yang berlangsung mengakibatkan seluruh permukaan logam terkorosi. Korosi seperti ini umumnya dapat kita  temukan pada baja di atmosfer dan pada logam atau paduan yang aktif terkorosi (potensial korosinya berada pada daerah kestabilan ionnya dalam diagram potensial-pH).
Daerah anodik dan katodik pada prinsipnya dapat terbentuk bila pada permukaan logam atau paduan terdapat perbedaan potensial atau energi bebas dari titik yang satu terhadap yang lain disekitarnya. Perbedaan potensial ini dapat dihasilkan misalnya oleh dua jenis logam yang berhubungan secara listrik, perbedaan rasa,perbedaan suhu, perbedaan tegangan, perbedaan besar butiran,daerah pinggir dan tengah butiran dan juga pengaruh konsentrasi dari lingkungan (Fontana & Green, 1986).
Kerusakan material yang diakibatkan oleh korosi seragam umumnya dinyatakan dengan laju penetrasi yang ditunjukkan sebagai berikut  :
Ketahanan Relatif Korosi
mpy
mm/yr
mm/yr
nm/h
Sempurna
< 1
< 0.02
< 25
< 2
Baik sekali
1-5
0.02-0.1
25-100
2-10
Baik
5-20
0.1-0.5
100-500
10-150
Sedang
20-50
0.5-1
500-1000
50-150
Rendah
50-200
1-5
1000-5000
150-500
Sangat rendah
200+
5+
5000+
500+
Secara teknik korosi seragam tidak berbahaya karena laju korosinya dapat diketahui dan diukur dengan ketelitian yang tinggi. Kegagalan materi akibat serangan korosi ini dapat dihindari dengan pemeriksaan dan monitoring secara teratur.
Korosi seragam merupakan bentuk yang paling klasik dari korosi, tetapi tidak selalu yang paling penting dalam hal biaya atau keselamatan. It is characterized by the existence of several individual electrochemical processes that occur uniformly over the whole of the surface considered. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa spesi pada  proses elektrokimia yang terjadi secara merata di seluruh permukaan dipertimbangkan.
The consequences of uniform corrosion are a decrease in metal thickness per unit time (or a weight loss per unit area per unit time) if the corrosion products are soluble, or a more or less uniform deposit of these products if they are insoluble.            Konsekuensi dari seragam korosi adalah logam penurunan ketebalan per satuan waktu (atau menurunkan berat badan per satuan luas per satuan waktu) jika produk korosi larut, atau yang lebih atau kurang seragam deposit produk ini jika mereka tidak larut.
II.3 Mekanisme
Korosi seragam ditandai oleh serangan korosif yang berjalan secara merata di atas seluruh luas permukaan, atau sebagian besar dari luas daerah. General thinning takes place until failure. Umumnya penipisan lapisan bahan terkorosi berlangsung sampai terjadi kegagalan material.On the basis of tonnage wasted, this is the most important form of corrosion.
                        
Korosi pada logam terjadi karena adanya reaksi redoks antara logam dengan lingkungannya. Korosi merata berlangsung secara lambat dan korosi ini dipicu oleh korosi yang mula-mula terjadi pada sebagian permukaan logam sehingga dengan bertambahnya waktu  akan menyebar ke seluruh permukaan logam. Korosi merata yang terjadi pada logam besi prosesnya bisa digambarkan sebagai berikut :
  Reaksi yang terjadi adalah :
  Fe                  Fe2+ + 2e                                                                            
            Ketika media berkontak/berinteraksi dengan atmosfer, maka akan mengandung oksigen terlarut. Air dan air laut relatif bersifat netral, maka reaksi katodiknya adalah:
     O2 + 2H2O + 4e            4OH-                                                                    
            Di sini ion natrium dan klorida tidak terlibat dalam reaksi, sehingga reaksi keseluruhan dapat dilihat dengan menggabungkan reaksi (2.1) dengan reaksi (2.2), yaitu:
     2Fe + 2H2O + O2               2Fe2+ + 4OH-        2Fe(OH)2             
            Endapan besi hidroksida yang dihasilkan bersifat tidak stabil dalam larutan beroksigen, sehingga senyawa tersebut teroksidasi membentuk garam besi:
2Fe(OH)2 + H2O + O2                                   2Fe(OH)3                                                       
However, uniform corrosion is relatively easily measured and predicted, making disastrous failures relatively rare.KarenaKarena korosi merata relatif mudah diukur dan diprediksi, bencana kegagalan relatif jarang ditemukan. In many cases, it is objectionable only from an appearance standpoint. Dalam banyak kasus, hanya tampak parah dari sudut pandang penampilan. As corrosion occurs uniformly over the entire surface of the metal component, it can be practically controlled by cathodic protection, use of coatings or paints, or simply by specifying a corrosion allowance. Seperti terjadi korosi merata ke seluruh permukaan komponen logam, praktis dapat dikendalikan oleh perlindungan katodik, penggunaan pelapis atau cat, atau hanya dengan uang saku yang menetapkan korosi. In other cases uniform corrosion adds color and appeal to to a surface.Two classics in this respect are the patina created by naturally tarnishing copper roofs and the rust hues produced on weathering steels Dua klasik dalam hal ini adalah patina secara alami menodai diciptakan oleh tembaga atap dan warna-warna yang dihasilkan karat pada baja pelapukan. .
The breakdown of protective coating systems on structures often leads to this form of corrosion.            Dengan rincian sistem lapisan pelindung pada struktur sering mengarah pada bentuk korosi. Dulling of a bright or polished surface, etching by acid cleaners, or oxidation (discoloration) of steel are examples of surface corrosion. Menumpulkan dari terang atau dipoles permukaan, etsa oleh asam pembersih, atau oksidasi (perubahan warna) dari baja adalah contoh dari korosi permukaan. Corrosion resistant alloys and stainless steels can become tarnished or oxidized in corrosive environments. Tahan korosi baja paduan dan stainless dapat menjadi noda atau teroksidasi di lingkungan korosif. Surface corrosion can indicate a breakdown in the protective coating system, however, and should be examined closely for more advanced attack. Korosi permukaan dapat menunjukkan kerusakan pada lapisan pelindung sistem, bagaimanapun, dan harus diperiksa dengan cermat untuk lebih maju menyerang. If surface corrosion is permitted to continue, the surface may become rough and surface corrosion can lead to more serious types of corrosion. Jika korosi permukaan diperbolehkan untuk melanjutkan, permukaan dapat menjadi kasar dan korosi permukaan dapat menyebabkan lebih serius jenis korosi. 
II.4 Cara Pengendalian
Cara pengendalian korosi seragam adalah :
Ø  Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang    lebih anodik.
Ø  Melakukan inhibitas dan cathodic protection.
BAB III
KOROSI GALVANIK
III.1 Pengertian
Korosi galvanik adalah korosi yang terjadi pada dua logam yang berbeda jenis jika di hubungkan. Korosi ini juga terjadi karena pasangan elektrikal pada dua logam atau paduan logam yang memiliki perbedaan komposisi. Logam yang lebih anodik akan terkorosi sementara logam lainnya yang lebih katodik akan terlindungi. Posisi logam pada deret volta akan menentukan apakan suatu logam lebih anodik atau katodik
Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi dwilogam. Korosi ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda dalam suatu lingkungan yang sama dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan suatu beda potensial diantara logam tesebut.
Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda (katoda dan anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda adalah logam yang sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial korosi lebih negatif. Pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi atau reaksi pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik. Deret galvanik adalah suatu daftar harga-harga potensial korosi untuk berbagai logam paduan yang berguna dalam kehidupan. Selain itu deret galvanik juga mencantumkan harga-harga potensial korosi untuk logam-logam murni.
III.2  Penyebab
Jenis korosi ini dapat diketahui dengan baik karena adanya dua logam yang kontak secara elektrik dan tercelup dalam larutan air membentuk sel elektrokimia. Dimana salah satu logam yang relatip kurang mulia akan mengalami korosi dan logam yang lebih mulia tidak akan terjadi korosi. Dasar timbulnya mekanisme reaksi korosi jenis ini karena adanya perbedaan potensial sistem logam dimedia larutan berair yang lebih dikenal dengan deret tegangan logam Sebagai contoh atap seng gelombang yang mengalami korosi pada lapisan sengnya terlebih dahulu, logam baja tidak akan terkorosi selama masih ada lapisan seng dan secara elektrik masih terinteraksi.
III.3 Mekanisme
Mekanisme korosi galvanik, yaitu :
a.            Reaksi anodik pada korosi logam :
M  Mn+ + ne
b.           Reaksi katodik, yang ada beberapa kemungkinan :
1.                       Evolusi hidrogen
        2H+ + 2e  H2 dalam lingkungan asam
        2H2O + 2e  H2 + 2OH- dalam lingkungan basa
2.                       Reduksi oksigen terlarut
        O2 + 4H+ + 4e +2H2O dalam lingkungan asam
        O2 + 4H+ + 4e +4OH- dalam lingkungan basa/netral
3.                       Reduksi oksidator terlarut
Fe3+ + e  Fe2+
III.4  Pengendalian
Cara pengendalian korosi galvanic adalah :
Ø  Hindari pemakaian 2 jenis logam yang berbeda
Ø  pergunakan logam yang lebih anodik dengan rasio yang lebih besar   dibanding logam katodik
Ø  Lapisi pada pertemuan dua logam yang berbeda jenis
Ø  Gunakan logam ketiga yang lebih anodic
Metoda-metoda yang di lakukan dalam pengendalian korosi adalah :
Ø  Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan katoda
Ø  Mengisolasi logam dari lingkungannya
Ø  Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan mineralisasi
Ø  Mengurangi oksigen yang larut dalam air
Ø  Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis
Ø  Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan
Ø  Mencegah celah atau menutup celah
Ø  Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan.
BAB IV
KOROSI EROSI
IV.1 Pengertian
Korosi erosi adalah korosi yang di sebabkan oleh erosi yang mengikis lapisan pelindung material , zat erosi itu dapat berupa fluida yang mengandung material abrasive. Korosi tipe ini sering di temui pada pipa-pipa minyak. Atau pengertian lainnya.
Korosi erosi adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam yang disebabkan aliran fluida yang sangat cepat sehingga merusak permukaan logam dan lapisan film pelindung. Korosi erosi juga dapat terjadi karena efek-efek mekanik yang terjadi pada permukaan logam, misalnya : pengausan, abrasi dan gesekan. Logam yang mengalami korosi erosi akan menimbulkan bagian-bagian yang kasar dan tajam. 
IV.2 Penyebab
Ada beberapa penyebab korosi erosi antara lain :
1.               Turbulensi aliran
Di dalam aliran yang turbulen, gelembung udara akan semakin banyak dan bertekanan, sehingga serangan yang berupa benturan dan gesekan semakin kuat menyerang permukaan logam.  
Korosi erosi akibat turbulensi aliran ini terutama disebabkan oleh efek olakan dan peronggaan. Olakan atau turbulensi disebabkan oleh paking pemasangan yang tidak tepat, tonjolan akibat pengelasan, solder pada bagian dalam pipa atau sambungan, tikungan yang jari – jarinya terlalu kecil, dan sebagainya.
Pada olakan atau turbulensi ini molekul–molekul fluida akan memberikan tekanan langsung pada logam sehingga terjadi keausan mekanik yang akan menyebabkan terjadinya korosi.
Turbulensi aliran disebabkan oleh :
Ø Perubahan drastis pada diameter lubang bor atau arah pipa
§ 
Ø  Penyekat pada sambungan yang buruk pemasangannya
§ 
Ø  Adanya celah yang memungkinkan fluida mengalir di luar aliran utama
2.               Adanya produk korosi atau endapan lain yang dapat mengganggu aliran
3.               Peronggaan/Kavitasi
Kerusakan kavitasi merupakan bentuk khusus dari korosi erosi yang disebabkan oleh terbentuknya gelembung–gelembung uap dan pecah pada permukaan logam. Biasanya terjadi pada propeller kapal laut, dimana fluida denga kecepatan tinggi mengalir dibarengi terjadinya perubahan tekanan.
Kavitasi disebabkan oleh pecahnya gelembung uap pada pernukaan logam.  Mekanismenya :
Ø  Fluida menerjang permukaan logam
Ø  Tekanan hidrodinamika lokal turun
Ø  Timbul gelembung di permukaan logam
Ø  Aksi mekanik, misalnya adanya putaran, menyebabkan tekanan   hidrodinamik lokal naik
Ø  Gelembung pecah, timbul gaya tekan yang besar pada permukaan logam
Ø  Terjadi deformasi plastic pada logam
IV. 3 Mekanisme
Proses terjadinya korosi secara umum adalh melalui beberapa tahap berikut :
1.      Pada tahap pertama terjadi serangan oleh gelembung udara yang menempel di permukaan lapisan pelindung logam, karena adanya aliran turbulen yang melintas di atas permukaan logam tersebut.
2.      Pada tahap kedua gelembung udara tersebut mengikis dan merusak lapisan peindung.
3.      Pada tahap ketiga, laju korosi semakin meningkat, karena lapisan pelindung telah hilang. Logam yang berada di bawah lapisan pelindung mulai terkorosi, sehingga membentuk cekungan, kemudian terjadi pembentukan kembali lapisan pelindung dan logam, menjadi tidak rata.
Bila aliran terus mengalir, maka akan terjadi serangan kembali oleh gelembung udara yang terbawa aliran. Serangan ini akan mengikis dan merusak lapisan pelindung yang baru saja terbentuk, rusaknya lapisan pelindung tersebut akan mengakibatkan serangan lebih lanjut pada logam yang lebih dalam sampai membentuk cekungan. 
IV.4 Pengendalian
Pengendalian korosi erosi dapat dilakukan dengan cara :
Ø   Mengurangi kecepatan aliran fluida untuk mengurangi turbulensi dan tumbukan yang berlebihan.
Ø   Menggunakan kompenen yang halus dan rapi pengerjaannya, sehingga tempat pembentukan gelembung menjadi sesedikit mungkin
Ø   Penambahan inhibitor atau passivator
Ø   Menggunakan paduan logam yang lebih tahan korosi dan tahan erosi
Ø   Proteksi katodik
BAB V
KESIMPULAN
Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan.
Ø Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya peristiwa korosi adalah reaksi elektrokimia. Secara alami pada permukaan logam dilapisi oleh suatu lapisan film oksida (FeO.OH. Pada proses korosi terjadi reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah bagian dari permukaan logam dimana metal akan larut.
Ø Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, dan selective leaching.
Ø Faktor yang mempengaruhi Korosi, yaitu : Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2, Keberadaan Zat Pengotor, Kontak dengan Elektrolit, temperatur, pH dan Mikroba
Ø Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa.
Ø Pencegahan Korosi Berdasarkan proses terjadinya ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia.
DAFTAR PUSTAKA
http://wiwinwibowo.wordpress.com/tag/korosi/

1 comment:

Terimakasih atas komentarnya

Back to Top