Pengertian dan Defenisi Konsep Passivasi
Passivasi merupakan kata yang tidak asing dan berhubungan dengan korosi atau proses perkaratan. Passivasi merupakan suatu proses yang menguntungkan bagi suatu bahan karna dapat menghambat proses perkaratan lebih lanjut.
A. PENGERTIAN PASSIVASI
A. PENGERTIAN PASSIVASI
Pasivasi adalah
proses pembentukan senyawa oksida logam di permukaan logam tersebut untuk
mencegah proses perkaratan lebih lanjut.
Lapisan oksida logam tersebut jarang
disebut dengan karat karena menguntungkan walau sebenarnya mirip. Pasivasi
terjadi pada stainless steel, aluminium, titanium, dan senyawa logam lainnya
yang tidak dapat berkarat dalam artian umum, karena sesungguhnya mereka
berkarat meski hanya di permukaannya.
Salah satu jenis korosi yang terkenal adalah korosi galvanik. Korosi ini terjadi ketika dua logam yang berbeda terjadi kontak yang mengakibatkan terjadinya aliran elektron. Korosi ini menyebabkan salah satu logam mengalami korosi sedangkan logam lainnya tidak dapat mengalami korosi. Dalam ha ini, logam yang mengalami perkaratan tersebut 'dikorbankan' untuk menahan proses korosi dari logam lainnya. Hal ini umum terjadi dalam dunia industri untuk mencegah proses perkaratan lebih lanjut terhadap suatu komponen, misalnya pipa besi yang ditanam dalam tanah, badan kapal laut, dan sebagainya yang rentan terhadap korosi.
Korosi juga bisa terjadi akibat temperatur tinggi yang mengakibatkan atom-atom dalam suatu material mengalami deteriorasi. Hal ini dapat terjadi jika suatu material dalam temperatur tinggi diekspos ke atmosfer yang mengandung oksigen, sulfur, atau senyawa lainnya yang mampu mengoksidasi material tersebut. Hal ini umum terjadi pada mesin-mesin kendaraan, mesin industri, dan mesin lainnya yang bekerja pada temperatur tinggi. Penggunaan pelumas membantu menurunkan temperatur dan melapisi mesin sehingga mencegah korosi (atau biasa disebut dengan keausan mesin).
Metode yang umum digunakan dalam mencegah korosi diantaranya:
* Perlakuan terhadap permukaan. Hal ini dapat dilakukan dengan pengaplikasian zat pelapis, pelapisan zat reaktif, dan anodisasi.
** Pemberian plat atau lempengan logam, pengecatan, atau pemberian lapisan enamel pada suatu material adalah cara yang umum dilakukan dalam mencegah korosi dengan metode perlakuan terhadap permukaan. Mereka bekerja dengan memberikan perlindungan terhadap suatu material yang mungkin akan berkarat, mencegahnya terekspos ke atmosfer atau senyawa korosif lainnya. Namun dalam proses pelapisan dengan logam, perlu diperhatikan jenis logam yang akan melapisi dan dilapisi karena jika salah akan mengakibatkan korosi galvanik dan menyebabkan korosi yang terjadi lebih parah.
** Pemberian lapisan reaktif umumnya pemberian senyawa yang dapat menyatu dengan material dan menjadi penghambat terjadinya korosi akibat reaksi kimia, bukan karena sifat galvanik dari senyawa tersebut. Senyawa-senyawa tersebut dapat berupa senyawa mineral laut dan surfaktan.
** Anodisasi adalah proses pencegahan korosi dengan mengisi pori-pori logam dengan senyawa anti karat dengan cara merendamnya dalam suatu larutan garam-garaman. Perendaman ini umumnya dilakukan sesaat setelah terjadinya proses pencetakan dengan maksud pendinginan dan sekaligus anodisasi agar logam yang terbentuk menjadi lebih kuat dan tahan korosi. Jika permukaannya tergores, maka proses pasivasi akan terjadi dan melindungi bagian yang tergores, meski logam aslinya tidak mungkin melakukan pasivasi.
* Proteksi katodik, yaitu proteksi pengorbanan anoda dan pemberian arus listrik pencegah korosi.
** Proteksi pengorbanan anoda yaitu proteksi dengan memberikan anoda kepada logam yang akan dilindungi, sehingga logam yang dilindungi menjadi katoda. Logam yang dilindungi akan mendapatkan donor elektron dari anoda sehingga katoda terhindari dari korosi, sedangkan anoda yang kehilangan elektron akan mengalami korosi.
** Pemberian arus listrik pencegah korosi umum dilakukan untuk struktur yang besar di mana pengorbanan anoda tidak dapat dilakukan dengan alasan efisiensi. Arus yang diberikan umumnya berupa arus DC. Arus, yang merupakan aliran elektron, akan melindungi logam tersebut dari korosi.
Salah satu jenis korosi yang terkenal adalah korosi galvanik. Korosi ini terjadi ketika dua logam yang berbeda terjadi kontak yang mengakibatkan terjadinya aliran elektron. Korosi ini menyebabkan salah satu logam mengalami korosi sedangkan logam lainnya tidak dapat mengalami korosi. Dalam ha ini, logam yang mengalami perkaratan tersebut 'dikorbankan' untuk menahan proses korosi dari logam lainnya. Hal ini umum terjadi dalam dunia industri untuk mencegah proses perkaratan lebih lanjut terhadap suatu komponen, misalnya pipa besi yang ditanam dalam tanah, badan kapal laut, dan sebagainya yang rentan terhadap korosi.
Korosi juga bisa terjadi akibat temperatur tinggi yang mengakibatkan atom-atom dalam suatu material mengalami deteriorasi. Hal ini dapat terjadi jika suatu material dalam temperatur tinggi diekspos ke atmosfer yang mengandung oksigen, sulfur, atau senyawa lainnya yang mampu mengoksidasi material tersebut. Hal ini umum terjadi pada mesin-mesin kendaraan, mesin industri, dan mesin lainnya yang bekerja pada temperatur tinggi. Penggunaan pelumas membantu menurunkan temperatur dan melapisi mesin sehingga mencegah korosi (atau biasa disebut dengan keausan mesin).
Metode yang umum digunakan dalam mencegah korosi diantaranya:
* Perlakuan terhadap permukaan. Hal ini dapat dilakukan dengan pengaplikasian zat pelapis, pelapisan zat reaktif, dan anodisasi.
** Pemberian plat atau lempengan logam, pengecatan, atau pemberian lapisan enamel pada suatu material adalah cara yang umum dilakukan dalam mencegah korosi dengan metode perlakuan terhadap permukaan. Mereka bekerja dengan memberikan perlindungan terhadap suatu material yang mungkin akan berkarat, mencegahnya terekspos ke atmosfer atau senyawa korosif lainnya. Namun dalam proses pelapisan dengan logam, perlu diperhatikan jenis logam yang akan melapisi dan dilapisi karena jika salah akan mengakibatkan korosi galvanik dan menyebabkan korosi yang terjadi lebih parah.
** Pemberian lapisan reaktif umumnya pemberian senyawa yang dapat menyatu dengan material dan menjadi penghambat terjadinya korosi akibat reaksi kimia, bukan karena sifat galvanik dari senyawa tersebut. Senyawa-senyawa tersebut dapat berupa senyawa mineral laut dan surfaktan.
** Anodisasi adalah proses pencegahan korosi dengan mengisi pori-pori logam dengan senyawa anti karat dengan cara merendamnya dalam suatu larutan garam-garaman. Perendaman ini umumnya dilakukan sesaat setelah terjadinya proses pencetakan dengan maksud pendinginan dan sekaligus anodisasi agar logam yang terbentuk menjadi lebih kuat dan tahan korosi. Jika permukaannya tergores, maka proses pasivasi akan terjadi dan melindungi bagian yang tergores, meski logam aslinya tidak mungkin melakukan pasivasi.
* Proteksi katodik, yaitu proteksi pengorbanan anoda dan pemberian arus listrik pencegah korosi.
** Proteksi pengorbanan anoda yaitu proteksi dengan memberikan anoda kepada logam yang akan dilindungi, sehingga logam yang dilindungi menjadi katoda. Logam yang dilindungi akan mendapatkan donor elektron dari anoda sehingga katoda terhindari dari korosi, sedangkan anoda yang kehilangan elektron akan mengalami korosi.
** Pemberian arus listrik pencegah korosi umum dilakukan untuk struktur yang besar di mana pengorbanan anoda tidak dapat dilakukan dengan alasan efisiensi. Arus yang diberikan umumnya berupa arus DC. Arus, yang merupakan aliran elektron, akan melindungi logam tersebut dari korosi.
B. Pengaruh Lingkungan, Suhu,
Kecepatan , Konsentrasi dan Pengoksidasi
1. Pengaruh dari potensial ini adalah :
a.
Bila potensial logam semakin tinggi
atau di buat lebih tinggi, maka kecendrungan terkorosi semakin rendah.
b. Penaikan potensial dapat
mengakibatkan pasivasi pada baja karbon atau paduannya.
c.
Dapat menjadi acuan untuk metoda
anodisasi atau proteksi anodik. Dan proteksi katodik adalah membuat logam yang
di lindungi berada pada posisi nobel dan berpotensial tinggi.
Gambar
di atas adalah sistem sel galvanis dari dua logam jenis yang berbeda, dimana
secara prinsip perbedaan itu terletak pada tingkat kelarutan, yang menjadikan
mana anoda dan mana katoda. Tingkat kelarutan atau di sebut juga tingkat
kemuliaan dari logam-logam dalam suatu elektrolit atau lingkungan, di tentukan
menurut besarnya potensial elektroda, yaitu potensial elektro kimia dari reaksi
pembentukan ion dan elektron atau sebaliknya. Besarnya potensial tergantung
kepada jenis, keadaan logam dan larutan. Potensial yang di ukur adalah
perbedaan potensial masing-masing jenis logam terhadap elektroda standar H2
(standard Hydrogen Elektroda- SHE) sebagai pembanding. Pada tabel 1, adalah
rangkaian besarnya potensial masing-masing jenis logam yang di sebut dengan
deret Volta (EMF) dalam larutan satandar 1 grion/1000grH2O) 1 atm
dan 25oC.
Dalam
tabel tersebut potensial H2 = 0 Volt, logam-logam di atasnya lebih
mulia dan di bawahnya lebih mudah teroksidasi (lebih aktif)
2. Pengaruh Temperatur
Laju
korosi di pengaruhi oleh temperatur mengikuti teori Arhenius
r=
A exp (-E/RT)
dimana
= r = laju korosi
E = energi aktivasi
R = Konstanta
T = Temperatur absolut
Pada
kasus baja, sebagai contoh pada larutan dingin dan panas, bila larutan
bertemperatur tinggi dapat menyebabkan tingkat ke asaman yang tinggi pula
dan bila temperatur yang tinggi mengakibatkan difusi oksigen yang
tinggi dalam larutan, maka korosi dapat menjadi cepat.
3. Pengaruh pH (keasaman)
Pada
keasaman yang tinggi dimana pH<5 ;
a.
Korosi besi pada larutan asam selain
di pengaruhi oleh pH, juga di pengaruhi oleh konsentrasi ion dalam larutan.
Dalam Asam sulfat dengan pH =0-4, laju korosi di pengaruhi oleh konsentrasi Fe
SO4
b. Pada larutan HCL, konsentrasi ion
tidak berpengaruh
c.
Penambahan unsur Ni pada baja paduan
akan memperbaiki ketahanan korosi dalam larutan asam sulfat.
Pada
kondisi mendekati netral (5<pH<9)
-
Lapisan hidroksida di permukaan besi
lebih tahan melekat di bandingkan pada kondisi yang lebih asam
-
Pengaruh kandungan Chlor dan oksigen
lebih dominan.
Pada
kondisi ke asaman rendah (pH<9)
-
Baja terkorosi pada kandungan
(Fe(OH)3)- dan (Fe(OH)4)-
-
pH dan temperatur yang lebih tinggi
dapat menyebabkan SCC (stress corrosion cracking)
4. Pengaruh kecepatan fluida
-
Kecepatan aliran fluida berpengaruh
terhadap laju korosi, karena mempengaruhi pertukaran ion dan elektron di
permukaan logam.
-
Fluida yang mengalir dengan lambat
atau stagnant, dapat mengakibatkan korosi setempat.
-
Untuk menghindari korosi ada
kecepatan tertentu yang harus di penuhi.
-
Bila fluida bersifat agresif dan
mempunyai kecepatan yang cukup, maka dapat terjadi korosi erosi
-
Semakin tinggi kecepatan fluida,
maka faktor perusakan mekanik menjadi dominan di banding kerudakan akibat
korosi.
5. Pengaruh Konsentrasi
-
Konsentrasi oksigen dalam larutan
dapat mempercepat reaksi
-
Kandungan unsur reakstif dalam
jumlah terrbatas, dapat menciptakan pasivasi
-
Tetapi dalam konsentrasi yang lebih
besar, maka lapisan pasif dapat mengalami kerusakan.
Klasifikasi
proses korosi dapat di lihat lebih rinci dari segi kondisi dan jenis reaksi
utama dari proses korosi, antara lain :
a.
Reaksi kimia tanpa lapisan yang
terbentuk.
Reaksi
ini adalah reaksi kimia langsung antara logam dan lingkungan, tanpa terbentuk
lapisan dan tanpa perpindahan muatan (elektron) misal antara logam dengan logam
cair, lelehan garam, atau bukan larutan dalam air.
b. Reaksi elektrokimia dengan
melibatkan perpindahan muatan (elektron) melalui pertemuan dua permukaan,
reaksi ini di bedakan oleh ;
1. Adanya anoda dan katoda, tapi tidak
jelas secara fisik terpisah keberadaannya.
2. Adanya anoda dan katoda yang jelas
keberadaannya, terukur jarak dan perpindahan muatan melalui logam antara anoda
dan katoda.
3. Jenis anoda dan katoda yang terjadi
pada masing-masing pertemuan permukaan yang berbeda, misalnya pada reaksi
oksidasi antara logam dengan gas oksigen tanpa melibatkan komponen air (diatas
temperatur kamar) yang menghasilkan lapisan oksida, sehingga antar muka logam-
oksida sebagai anoda dan antar muka oksida-oksigen sebagai katoda.
C. KRITERIA PASIVASI
Pada gejala pasivasi dimana beberapa
jenis logam membentuk
lapisan pelindung seperti contoh (logam
alumunium dan baja tahan karat)
mungkin terpasifasi karena bereaksi dengan oksigen pada permukaan
terbentuk lapisan pelindung logam
yang terisolasi listrik tidak mungkin terkorosi.
Selaput lapisan ini sangat penting
khususnya untuk alumunium dan
baja tahan karat yang mengandung
krom, inhibitor adalah
ikatan-ikatan tertentu yang ditambahkan
pada elektrolit untuk membatasi korosi bejana logam inhibitor karat banyak digunakan untuk menghambat
korosi dalam radiator kendaraan
bermotor. Inhibitor terdiri
dari anion atom ganda yang dapat masuk ke permukaan
logam dan dengan demikian menghasilkan selaput lapisan tunggal yang kaya oksigen. Selaput ini
menyerupai lapisan yang terbentuk
pada pasivasi. Biasanya inhibitor terdiri
dari ikatan yang mengandung
kromat, fosfat atau ion elemen
transisi lainnya yang mudah
teroksidasi.
Anda sedang membaca artikel tentang Pengertian dan Defenisi Konsep Passivasi dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://kimiatip.blogspot.com/2013/04/konsep-passivasi.html. Jika anda ingin menyebarluaskan artikel ini mohon cantumkan link sumbernya! Terima kasih.
Post a Comment
Terimakasih atas komentarnya